Ikan Banggai Cardinal atau juga dikenal dengan Banggai
Cardinal Fish yang memiliki nama lmiah Pterapogon kauderni merupakan ikan laut
endemik di Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, dan tidak ditemukan di
tempat lain di dunia. Masyarakat setempat menyebutnya “capungan”atau “bibisan”.
Namun dengan maraknya perdagangan ikan hias dengan harga yang cukup
menggiurkan, maka ikan tersebut juga dapat ditemukan ditempat lain terutama di
pulau Bali (tepatnya disekitar perairan Gilimanuk). Menurut nelayan setempat
awal mula keberadaan ikan ini adalah merupakan hasil sortiran yang tidak masuk
ke dalam standar untuk di perdagangkan, kemudian dibuang ke laut dan
selanjutnya ikan tersebut dengan sendirinya hidup dan berkembangbiak disekitar
perairan Gilimanuk.
Banggai Cardinal Fish biasanya hidup secara berkoloni
(bergerombol) di antara terumbu arang dan kumpulan bulu babi, setiap gerombol
terdiri dari 30 sampai 40 ekor. Selain itu, ikan ini sering terlihat berenang
di padang lamun. Panjang badannya sekitar 6 sampai 8 centimeter, bentuk
badannya agak pipih dengan ekor terbelah dua mirip burung wallet, memiliki
warna cokelat muda keperakan dengan variasi bintik putih pada badan dan sirip.
Ada belang melintang berwarna hitam di badannya mulai dari sirip punggung
sampai sirip perut, juga dari jari-jari lemah sirip punggung sampai dengan
sirip dubur.
Sejak 1990, Banggai Cardinal Fish menjadi salah satu
ikan hias yang diincar para kolektor dalam dan luar negeri. Karakter yang
berbeda dengan ikan apogonid lain membuat ikan endemik di Banggai Kepulauan,
Sulawesi Tengah, ini banyak dicari. Diperkirakan 5.000 ekor
ditangkap tiap pekan dan sedikitnya 600-700 ribu ekor diekspor oleh nelayan lokal
setiap tahun. Diperkirakan pada tahun 2001-2004, Banggai Cardinal Fish yang
diperdagangkan mencapai 700-900 ribu ekor tiap tahun. Penangkapan Banggai
Cardinal Fish, yang semula terkonsentrasi di Pulau Banggai, akhirnya meluas
sampai keseluruh Banggai Kepulauan, termasuk daerah yang awalnya belum
terjamah. Akibat meningkatnya permintaan Banggai Cardinal Fishdiluar negeri
dengan harga yang cukup menjanjikan tersebut, maka lama kelamaan tentu
keberadaan. Banggai Cardinal Fish susah ditemukan dan akhirnya akan mengalami kepunahan
akibat overharvesting.
Untuk penyelamatan spesies Banggai Cardinal Fishtersebut
selain diperlukan upaya pembentukan Kawasan Konservasi Laut di lokasi
habitatnya, juga yang paling penting adalah mendorong para nelayan dan stakholder
lainnya untuk melakukan upaya rehabilitasi, antara lain melalui
pengembangbiakan ikan tersebut. Dengan demikian pengambilan di alam/tekanan
perusakan habitatnya akan berkurang dan kelangsungan hidup Banggai Cardinal
Fishmenjadilestari.
Klasifikasi BCF
Ikan Banggai cardinal fish mempunyai 27 genus dan 250
spesies, tetapi hanya satu spesies yang terdapat di Indonesia, yaitu kaudermi.
Ikan ini mulai diketahui sejak tahun 1920, dan mulai dikoleksi oleh penggemar
ikan hias pada tahun 1933. Menurut Tullock dan Michael (1999) ikan Banggai
Cardinal Fish diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Sub Filum :
Vertebrata
Super Klas :
Gnathostomata
Kelas :
Osteichtyes
Sub Klas :
Actinopterygi
Super Ordo :
Teleostei
Famili :
Apogonidae
Genus :
Pterapogon
Spesies :
Pterapogon kauderni
Morfologi BCF
Banggai Cardinal Fishmempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: bentuk tubuh agak pipih dengan mata yang besar berwarna hitam dan
bentuk mulut terminal dengan ukuran besar, rahang bawah cenderung menonjol. BCF
memiliki dua buah 3 sirip punggung yang terpisah, dimana pada
sirip dorsal yang pertama mempunyai 6 sampai 8 jari-jari sirip dan pada sirip dorsal
yang kedua mempunyai 8 sampai 14 jari-jari sirip lunak, serta dua sirip
dibagian anal dengan jumlah jari-jari lunak 8 sampai 18 (Nelson, 1994 dalam
Steve et al., 2005). Ukurannya kecil, dan panjang total ikan dewasa maksimal 10
cm. Ciri khas antara lain sirip ekor bercabang yang memanjang serta
pola warna khas yaitu dasar keperakan agak kuning kecoklatan dengan garis hitam
vertikal dan bintik-bintik putih/perak kebiruan pada sirip-siripnya.
Agak sulit untuk membedakan ikan jenis jantan dan
betina, karena secara keseluruhan
hampir sama. Adapun perbedaan antara ikan jantan dan betina adalah sebagai
berikut :
Ikan jantan biasanya lebih besar
Ikan jantan mempunyai rahang yang lebih besar, karena
ikan jantan mengerami telur di dalam mulutnya
Distribusi, Habitat dan Tingkah Laku
Daerah penyebaran Banggai Cardinal Fish sangat
terbatas di wilayah Sulawesi Tengah bagian Timur, tepatnya di Kepulauan
Banggai, karena itu spesies ini termasuk endemik. Habitat alami Banggai
Cardinal Fish dapat ditemukan di perairan laut dangkal dengan kedalaman 0
sampai 5 meter, dengan pH 8,1 sampai 8,4 dan suhu perairan 25 sampai 28C. Populasi
ikan ini dapat ditemukan pada daerah lamun (sea grass) dan terumbu karang di mana
banyak terdapat bulu babi dan anemon. Banggai Cardinal Fish hidup
bersimbiosis dengan bulu babi (Diadema setosum) yang umumnya terdapat di
perairan pantai. Simbiosis dilakukan dengan cara mengupayakan agar garis hitam
pekat pada tubuh mereka membaur membentuk garis lurus dengan salah satu duri
bulu babi yang bertujuan untuk penyamaran dan perlindungan dari serangan
predator. Selain bulu babi, ikan ini juga memiliki tempat perlindungan lain
yaitu anemon laut dengan cara memanfaatkan tubuh mereka yang kecil agar dapat
menyelinap diantara helaian anemon laut.
Pterapogon kauderni memiliki perilaku sedentary (menetap),
dan cenderung melayang berdekatan dengan mikrohabitat pelindung, jika merasa
terancam atau terganggu cenderung mencari perlindungan pada symbiont tersebut. Sepanjang hidupnya cenderung
berkelompok dan tidak berpindah jauh dari tempat asalnya. Jika
merasa terancam atau terganggu, BCF cenderung mencari perlindungan diantara
duri-duri, tentakel-tentakel atau cabang-cabang symbiontnya.
Siklus Reproduksi BCF
Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam
siklus kehidupan yang saling berhubungan dengan mata rantai lainnya yang akan
menjamin kelangsungan hidup spesies. Siklus reproduksi pada ikan tetap
berlangsung selama fungsi reproduksi masih normal. Reproduksi ikan erat
kaitannya dengan perkembangan gonad. Banggai Cardinal Fish dapat hidup selama 2
sampai 4 tahun, setelah mencapai ukuran dewasa yaitu ukuran panjang standar 3,5
cm dengan umur 9-12 bulan, siap menghasilkan keturunan. Pterapogon kauderniadalah
golongan ikan yang paternal mouth brooding apogonid white direct development (mengeramkan
sampai menetas dimulut). Telur berdiameter sekitar 3 mm, dengan Jumlah telur
yang dihasilkan sekitar 40 sampai 60 butir, dan ini termasuk rendah bila dibandingkan
dengan ikan laut lainnya, sedangkan juvenil yang dapat dihasilkan biasanya
berkisar antara 20 sampai 30 ekor. Seusai pembuahan, telur di eramkan dimulut
jantan selama 20 hari, setelah telur menetas, induk masih melindungi
anaknya di dalam mulut selama 6 sampai 10 hari hingga perkembangan anatomi dan
morfologi larva relatif sempurna. Selama mengeram, induk jantan tidak makan.
Setelah larva berkembang menjadi juvenil, induk jantan akan melepaskannya dari
mulut, dan juvenil langsung mencari perlindungan dan makan. Perlindungan
umumnya berupa koloni bulu babi. Siklus hidup ikan Banggai Cardinal Fish meliputi
stadia induk, telur, larva, benih, juvenil, dewasa, dan induk.
Fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh
induk betina pada saat memijah. Pengetahuan fekunditas merupakan salah satu
aspek yang memegang peranan penting dalam pengembangbiakan ikan. Dari
fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan
dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan.
Secara umum, Banggai Cardinal Fish memiliki fekunditas
yang rendah dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya, dimana setiap kali
pemijahan induk betina hanya menghasilkan 30-40 butir telur saja.
Budidaya
Persiapan Wadah
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah upaya untuk menyamakan kondisi media pemeliharaan awal dengan media pemeliharaan yang baru. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya stress pada ikan dengan perubahan media pemeliharaan yang mendadak, sehingga dapat mengurangi jumlah kematian ikan. Proses aklimatisasi pada ikan hias BCF yang baru datang adalah sebagai berikut :- Kantong plastik berisi ikan hias BCF dimasukkan ke dalam bak yang telah berisi air laut.
- Kantong plasik didiamkan terapung selama ± 15 menit dan akan terlihat uap air pada kantong plastik. Kegiatan ini dimaksudkan agar suhu air di dalam kantong plastikperlahan-lahan sama dengan suhu air dalam bak.
- Kantong plastik dibuka satu per satu dan ikan BCF dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan induk.
- Kepadatan induk BCF dalam bak ini berkisar antara 20 - 30 ekor/bak.
Penanganan Induk
Dalam penanganan induk perlu
ketelitian khusus baik itu kondisi induk maupun terhadap kualitas air dalam bak
pemeliharaan. Induk yang sakit biasanya kurang nafsu makan, pergerakan tidak
normal dan biasa juga ditandai dengan adanya perubahan warna yang agak
kemerah-merahan di bagian badan antara kepala dan sirip punggung. Untuk menjaga
kualitas air maka setelah pemberian pakan dilakukan, kotoran dan sisa pakan di
dasar bak dibersihkan dengan menggunakan alat penyedot (sipon) serta lemak yang
mengapung dipermukaan diusahakan terbuang melalui pipa pembuangan atau diangkat
langsung dengan serokan agar kualitas air tetap terjaga.
Pemberian Pakan
Pemijahan
Induk-induk betina yang matang gonad dan siap memijah ditandai dengan perutnya yang membuncit dan terpisah dengan kawanan ikan yang lain. Sebelum memulai pemijahan, biasanya ditandai dengan induk jantan berenang meliuk-liukkan tubuhnya di sekitar induk betina untuk memancing atau merangsang induk betina untuk melakukan perkawinan.Setelah proses pemijahan selesai, induk jantan akan mengerami telur-telur yang telah terbuahi ke dalam mulutnya. Proses pengeraman telur ini dilakukan selama 15-18 hari. Selama waktu tersebut, induk jantan tidak makan dan tetap menjaga telur tersebut. Pada saat pencucian bak terutama diwaktu pemindahan induk perlu kehati-hatian karena induk jantan yang merasa terganggu akan memuntahkan telur yang dieraminya.Pemeliharaan Benih
Sumber:
http://abganfish.blogspot.com/2013/01/budidaya-ikan-hias-banggai-cardinalfish.html
http://yulfiperius.files.wordpress.com/2011/07/banggai-cardinal-fish-diterbitkan-di-mjlh-triwulan-unihaz2.pdf
0 komentar:
Posting Komentar